Jumat, 14 Januari 2011

Peran Orang Tua Sangat Penting dalam Kehidupan Anak







Orangtua bertanggung jawab terhadap pemenuhan segala kebutuhan anak. Selain itu orangtua juga berperan sebagai guru pertama dan berperan penting dalam pembentukan sikap, kepercayaan, nilai dan tingkahlaku anak.

Peran orangtua harus berubah dan beradaptasi dengan perubahan yang terjadi sejalan dengan perkembangan anaknya. Orang lain yang juga memiliki peran penting dalam kehidupan anak adalah guru. Sebagai pendidik, guru tidak hanya memberikan pengetahuan skolastik pada anak, juga pendidikan moral dan budipekerti yang amat dibutuhkan dalam kedewasaannya.

Sepanjang masa hidupnya, seseorang akan melalui beberapa tahap perkembangan, dari tahap anak sampai mencapai tahap dewasa. Pada setiap tahap perkembangan tersebut, ada tugas-tugas perkembangan yang harus dicapainya. Bila tugas perkembangan tersebut tidak terpenuhi, maka individu akan mengalami kesulitan untuk dapat memenuhi tugas-tugas perkembangan di tahap berikutnya.

Demikian pula pada anak usia sekolah, untuk dapat diterima oleh lingkungan sosialnya, seorang anak harus mampu melakukan tugas-tugas perkembangan yang diharapkan dapat dilaksanakannya, sehingga ia tidak akan mengalami kesulitan.

Menurut Havighurst (1972), tugas perkembangan anak usia sekolah (6 - 12 tahun) antara lain adalah :
1. Belajar bergaul dan bekerja sama dalam kelompok sebaya
2. Mengembangkan keterampilan dasar membaca, menulis dan berhitung
3. Mengembangkan konsep-konsep penting dalam kehidupan sehari-hari
4. Mengembangkan hati nurani, moralitas, dan system nilai sebagai pedoman perilaku
5. Belajar menjadi pribadi yang mandiri

Sejak masuk sekolah dasar, keinginan anak untuk menjadi anggota kelompok dan dapat diterima oleh kelompok sebayanya semakin meningkat. Keterampilan sosial menjadi penting, terutama mengenali peran sosial seseorang. Anak memusatkan perhatian untuk dapat berhubungan dan berkomunikasi dengan teman-teman sebayanya. Anak belajar untuk memberi dan menerima di antara teman-temannya dan berkeinginan untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan kelompok.

Pada masa ini, pengertian anak tentang baik-buruk, tentang norma-norma aturan serta nilai-nilai yang berlaku di lingkungannya menjadi bertambah dan juga lebih fleksibel, tidak sekaku saat di usia kanak-kanak awal. Mereka mulai memahami bahwa penilaian baik-buruk atau aturan-aturan dapat diubah tergantung dari keadaan atau situasi munculnya perilaku tersebut. Nuansa emosi mereka juga makin beragam.

Mereka diharapkan sudah dapat menguasai ledakan-ledakan emosinya, mampu mengendalikan emosi yang tidak sesuai dengan harapan lingkungannya. Telah pula nenahami harapan lingkungan terhadap peran jenis kelaminnya, dapat mengembangkan kata hati dan mengontrol moral yang tumbuh dalam dirinya.

Hubungan interpersonal yang mereka lakukan menjadi makin luas, kegiatan yang ingin dilakukan juga makin beragam. Dalam hubungan dengan kegiatan sekolah, prestasi menjadi tema utama bagi mereka, mereka senang berkompetisi. Mereka juga sudah dapat memperlihatkan tanggung jawab terhadap tugasnya. Anak-anak yang mampu menunjukkan prestasi akan bangga, dan hal ini tentu saja akan meningkatkan self-esteem (harga diri) anak.

Self-esteem yang tinggi akan mengarahkan pada kepribadian yang positif, sebaliknya bagi anak-anak yang tidak mampu memberi penghargaan pada dirinya akan menimbulkan masalah baik bagi dirinya sendiri maupun lingkungan.

Sementara di masa remaja, masa yang sering dikatakan sebagai masa peralihan dari dunia anak menuju kekedewasaan yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik maupun psikologis, memberi dampak tersendiri. Perubahan fisik yang pesat membawa dampak psikologis yang berkenaan dengan suasana hati, emosi maupun tingkahlaku yang menjadikan remaja tersebut menampilkan karekateristik yang berbeda dari masa sebelumnya.

Pada masa ini terjadi pergolakan emosi dan ketegangan psikologis yang muncul bersamaan dengan adanya perkembangan yang cepat baik dalam segi fisik maupun perkembangan karakteristik seksual sekunder, serta problem identitas dan konflik ketergantungan serta adanya konformitas dengan kelompok sebaya. Berkaitan dengan keadaan psikologis remaja, Erikson mengatakan bahwa saat ini adalah masa pemantapan identitas diri.

Sebelum remaja meninggalkan masa kanak-kanak yang penuh dengan rasa aman dan tergantung pada orang lain, mereka harus mengetahui siapa mereka, kemana akan mengarah dan kemungkinan apa yang akan diperolehnya. Pendapat tentang ‘siapa dan apa' dirinya ini merupakan konsep yang dimiliki untuk menunjukkan identitas diri. Keberhasilan seorang anak dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya juga bergantung pada bagaiman rasa tanggung jawab yang dimilikinya.

Bila seseorang berhasil dalam mengikuti tugas-tugas perkembangan ini maka anak akan merasa bahagia, disukai serta dicintai oleh lingkungannya. Ia pun tidak mudah menjadi cemas dan merasa tertekan, dengan demikian ia akan sukses di kelak kemudian hari.

Melihat hal-hal tersebut di atas, maka sesungguhnya tidak cukup seorang anak hanya memiliki prestasi sekolah yang tinggi, namun juga membutuhkan kecerdasan emosional dan dengan makin tercapainya kepuasan diri ia pun akhirnya mampu mencapai kecerdasaan spiritual.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar